- Diposting oleh : Gerby Novario
- pada tanggal : Agustus 07, 2014
Perang
Kemerdekaan Amerika (1774-1783)
- Penyebab Umum:
Karena itu orang-orang Amerika sangat mencintai
kemerdekaan dan kebebasan. Tetapi Inggris menganggap Amerika itu tanah
jajahannya dalam arti yang kolo.
2. Inggris
memerintahkan, bahwa hasil bumi Amerika (tembakau, gula, dan kapas) boleh
dijual kepada Inggris dan orang-orang Amerika hanya diperbolehkan membeli
barang-barang kebutuhan hanya kepada Inggris saja, hal ini merupakan salah satu
langkah monopoli perdagangan yang dilakukan oleh inggris untuk mengisi kas
negaranya.
3. Inggris
yang butuh uang untuk mengisi kekosongan kas negara yang disebabkan karena
biaya untuk perang Tujuh Tahun (1756-1763) memaksa Amerika juga untuk membayar
pajak yang berat, karena Inggris menganggap perang Tujuh Tahun itu juga
merupakan perluasan daerah dan perlindungan bagi Amerika.
- Sebab Khusus:
Pesta
Teh Boston (1773)
Pada
tahun 1773, Inggris memberikan Samuel Adams dan sekutu-sekutunya sebuah masalah
yang bisa dijadikan gara-gara. Perusahaan Hindia Timur yang kuat berada dalam
situasi keuangan yang sulit. Perusahaan ini lantas minta tolong kepada Inggris
yang memberinya monopoli atas semua teh yang diekspor ke koloni. Pemerintahan
Inggris juga mengizinkan perusahaan tersebut memasok para pengecer secara
langsung, dengan meleawati pedagang grosir koloni yang sebelumnya menjual komoditas
itu.
Pada
tahun 1770, menjamur perdagangan ilegal sehingga sebagian besar teh yang
dikonsumsi Amerika berasal dari negeri asing, diimpor secara ilegal, dan bebas
pajak dengan menjual tehnya melalui agennya sendiri dengan harga lebih rendah
dari harga pasar, perusahaan Hindia Timur membuat penyelundupan menjadi tidak
menguntungkan dan pada saat yang sama mengancam hilangnya pedagang-pedagang
kolonial independence dan dapat mengganggu kestabilan ekonomi koloni. Didorong
bukan saja oleh perdagangan teh, tetapi juga praktek monopoli pedagang-pedagang
kolonial turut bergabung dengan kaum radikal bergerak untuk kemerdekaan.(Made,
2004; 74)
Pada
tahun 1773 berlabuhlah tiga kapal Inggris yang bermuatan teh di Boston untuk
Amerika. Atas teh ini Amerika harus membayar pajak juga kepada Inggris. Orang
Amerika tidak mau menerima karena harus membayar pajak itu. Pada malam hari
tanggal 16 Desember 1773 orang-orang Amerika menyamar menjadi orang Indian
Mohawk dan dipimpin oleh Samuel Adams menaiki tiga kapal Inggris yang sedang
berlabuh dan melemparkan teh-teh itu kedalam laut didekat pelabuhan Boston.
Mereka mengambil langkah ini karena mereka takut jika teh tersebut sampai
mendarat, maka penduduk koloni akan terpaksa membayar pajak dan membeli teh
tersebut. Pemerintahan Inggris pun marah lalu menghukum orang-orang Boston.
Orang Amerika diwilayah lainnya kemudian membela Boston dan pecahlah perang
antara Inggris dan jajahannya di Amerika (1774) yang dipimpin oleh George Washington.
Pecahnya
Perang Kemerdekaan (1774-1783)
Jenderal
Thomas Gage, seorang pria Inggris dengan istri wanita kelahiran Amerika,
memimpin pasukan besar di Boston, dimana kegiatan politik telah hampir
menggantikan seluruh kegiatan perdagangan. Tugas utama Gage di wilayah koloni
adalah memberlakukan Undang-Undang yang Bersifat Memaksa(Coercive Act). Ketika
dia mendengar berita bahwa penduduk koloni Massachusetts sedang mengumpulkan
bubuk mesiu dan perlengkapan militer di kota Concord, 32 kilometer jauhnya,
Gage mengirimkan pasukan yang kuat dari garnisumnya untuk menyita
amunisi-amunisi tersebut.
Setelah
semalaman berjalan kaki, pasukan Inggris mencapai desa Lexington pada tanggal
19 April 1755, dan melihat 70 orang Minutemen, disebut demikian karena mereka
dipercaya siap bertempur dalam hitungan menit yang berparas cemberut dibalik
kabut pagi. Kelompok Minutemen ini semula hanya bertujuan melakukan protes
tanpa suara, tapi Mayor Jhon Pitcairn, pemimpin pasukan Inggris berteriak,
“Bubar, kalian pemberontak-pemberontak laknat! Anji*g kamu semua larilah!”
Pemimpin kelompok Minutemen, Kapten Jhon Parker menegaskan kepada pasukannya
agar tidak melakukan tembakan kecuali mereka ditembaki terlebih dulu. Tiba-tiba
ada seseorang yang memulai tembakan, yang kemudian membuat pasukan Inggris
melakukan serangan kepada Minutemen. Selanjutnya Pasukan Inggris menyerbu
dengan Bayonet, mengakibatkan 8 orang tewas dan 10 luka-luka. Peristiwa ini
kemudian dikenal dengan nama Ralph Waldo Emerson atau “Tembakan yang terdengar
ke seluruh dunia”.
Pada
waktu pecahnya perang kemerdekaan ini oarang-orang Amerika belum mengetahui
pasti apa yang menjadi tujuan mereka melakukan pertempuran dengan pihak
Inggris. Mereka bertempur melawan Inggris karena mereka merasa tertindas oleh
aturan-aturan Inggris dan untuk merdeka. Tetapi ini segera berubah menjadi
Perang Kemerdekaan sebenarnya, hal ini bermula ketika orang-orang Amerika
membaca tulisan Thomas Paine yang
berjudul “Common Sense”. Tujuan
menjadi terang, yaitu “Kemerdekaan”
Common
Sense dan Kemerdekaan.
Thomas
Paine, seorang pemikir politik dan penulis menerbitkan pamflet setebal 50
halaman, bertajuk Common Sense(akal
sehat) pada tahun 1774.Dalam jangka waktu tiga bulan, 100.000 kopi pamflet
terjual habis. Ia menyatakan bahwa seorang lelaki yang jujur jauh lebih berguna
bagi masyarakat ketimbang “semua cecunguk dan antek-antek kerajaan yang pernah
ada”. Ia memberikan pilihan agar terus tunduk kepada raja tiran dan
pemerintahan atau kebebasan dan kebahagiaan sebagai republik yang merdeka dan
mandiri. Common Sense yang beredar di seluruh koloni, makin membulatkan tekad
untuk memisahkan diri.
Untuk
mencetuskan deklarasi secara resmi, dibutuhkan kesepakatan dari semua koloni
maka pada tanggal 10 Mei 1776(setahun setelah pertemuan pertama Kongres
Kontinental Kedua) dilaksanakan sebuah resolusi yang meminta pemisahan diri.
Sekarang yang dibutuhkan hanyalah deklarasi resmi. Pada tanggal 7 Juni, Richard
Henry Lee dari Virginia mencetuskan sebuah resolusi yang menyatakan, ”Bahwa
Serikat Koloni adalah negara-negara bagian yang bebas dan independen, karena
secara hak mengharuskan demikian.....”Tak lama kemudian, sebuah komite yang
terdiri dari lima orang, dipimpin oleh Thomas Jefferson dari Virginia, ditunjuk
untuk menyiapkan secepatnya sebuah deklarasi secara resmi.
Jalannya
Perang.
Pertempuran
pertama terjadi antara Inggris dan orang-orang Amerika di Lexington, kemudian
di Boston. Inggris memerintahakan Kanada untuk membantuh Inggris tetapi
ditolak. Inggris menyerbu kanada untuk memaksa orang-orang di Kanada, dan
timbulah juga pertempuran-pertempuran yang terjadi di Kanada dengan pihak
Inggris, hal demikian membuka kesempatan George Washington untuk mengatur
tentaranya.
Kemudian
pasukan Inggris terus mendesak hingga ke Concord. Pihak Amerika berhasil
membawa sebagian besar amunisi, namun pasukan Inggris menghancurkan apa saja
yang tersisa. Sementara itu pasukan Amerika dipinggiran kota dimobilisasi,
bergerak ke arah Concord dan menyebabkan banyak kerugian pada pihak Inggris,
yang sedang mulai perjalanan panjang pulang itu, dari balik tembok batu,
gundukan tanah, dan rumah, anggota milisi dari “seluruh desa dan pertanian
Middlesex” menjadikan jaket sebagai sasaran mereka. Ketika pasukan yang
kelelahan ini tiba di Boston, jumlah yang tewas dan luka di pihak Inggris mencapai
lebih dari 250. Pihak Amerika sendiri kehilangan 93 orang.
Ketika tanda bahaya dari Lexington
dan Concord bergema, kongres kontinental kedua dilaksanakan di Philadelphia,
Pennsylvania, pada tanggal 10 Mei 1775. Pada tanggal 15 Mei Kongres memutuskan
untuk berperang dengan pihak Inggris, mengubah milisi kolonial menjadi tentara
kontinental dan menunjuk kolonel George Washington dari Virginia sebagai
pemimpin tertinggi pasukan Amerika. Sementara itu , Amerika untuk bergerak ke
arah utara , menuju Kanada pada musim gugur. Walaupun pada akhirnya Amerika
dapat menguasai Montreal, mereka gagal dalam serangan musim dingin di Quebec,
dan akhirnya terpaksa mundur ke New York.
Terlepas
merambambaknya konflik senjata, pemikiran pemisahan sepenuhnya dari Inggris
masih belum bisa diterima bagi sebagian anggota Kongres Kontinental. Pada bulan
Juli, John Dickinson menulis sebuah resolusi, yang dikenal dengan nama Petisi
Ranting Zaitun ( Olive Branch Petition) , yang memohon kepada raja untuk
mencegah tindakan-tindakan permusuhan lebih lanjut hingga tercapai kesepakatan
bersama. Petisi ini tidak dianggap dan Raja George III, pada tanggal 23 Agustus
1775, mengeluarkan pernyataan resmi yang menyebut koloni –koloni berada dalam
situasi pemberontakan.
Inggris
mengaharapkan koloni-koloni selatan untuk tetap setia sebagian karena
ketergantungan mereka pada perbudakan. Banyak orang di koloni-koloni Selatan
ini khawatir bahwa pemberontakan terhadap negeri induk akan memicu pemberontakan
pada budak melawan majikannya, para tuan tanah perkebunan. Kenyataannya pada
bulan November 1775, Lord Dunmore tersebut justru mengakibatkan banyak rakyat
Virginia yang semula tergolong kaum Loyalis beralih menjadi pendukung kaum
pemberontak.
Gubernur
North Carolina, Josiah Martin, juga membujuk rakyatnya untuk tetap setia kepada
kerajaan Inggris. Namun ketika 1500 orang tersebut, mereka sudah dipukul oleh
pasukan revolusioner sebelum bantuan dari pasukan Inggris tiba untuk menolong.
Kapal
perang Inggris terus menyusuri pesisir pantai hingga ke Charleston, South
Carolina, dan menembaki kota pada permulaan juni 1776. Tapi rakyat South Carolina
sudah lama bersiap siaga, dan berhasil mengusir Inggris pada akhir bulan itu
juga. Mereka tidak kembali lagi ke Selatan sampai lebih dari dua tahun lamanya.
Deklarasi
kemerdekaan sebagian besar merupakan karya Jefferson, yang dikumandangkan
tanggal 4 Juli 1776, bukan saja mengumandangkan kelahiran sebuah negara baru, tapi
juga mencanangkan sebuah filosofi kebebasan manusia. Deklarasi ini diangkat
dari filosofi politik Prancis dan aliran Pencerahan Inggris. Tapi satu hal yang
sangat mempengaruhinya adalah karangan John Locke “Second Treatise of
Government”.
Locke
mengambil konsep hak-hak tradisional orang Inggris dan menjadikannya sebagai
hak-hak asasi seluruh umat manusia. Alinea Deklarasi Kemerdekaan yang sangat
dikenal adalah gema dari teori kontrak sosial Locke tentang pemerintahan:
“Kami
berpegang teguh pada kebenaran-kebenaran ini, bahwa semua manusia diciptakan
sederajat, bahwa mereka dianugerahi pencipta-Nya Hak-Hak Asasi yang melekat, diantaranya
adalah kehidupan,kemerdekaan dan hak untuk mencapai kebahagiaan. Untuk
melindungi hak-hak ini, Pemerintah, dibentuk diantara orang-orang, kekuasaan
mereka berasal dari yang diperintah, sehingga kapan saja sebuah Bentuk Pemerintahan
menjadi bersifat merusak terhadap tujuan-tujuan ini menjadi Hak Rakyat untuk
menggantinya atau menghapuskanna, dan membentuk Pemerintah baru, yang
berlandaskan prinsip-prinsip tertentu dan yang mengatur kekuasaannya dalam
bentuk tertentu, sehingga bagi orang-orang hal ini dinilai paling bisa menjamin
Keselamatan dan Kebahagiaan mereka.
Dalam
deklarasi tersebut, Jefferson menghubungkan prinsip Locke dengan situasi yang
ada di koloni-koloni. Untuk berjuang demi kemerdekaan Amerika, sama dengan
berjuang untuk mendapat suatu pemerintahan yang berdasarkan kerjasama sebagai
ganti sebuah pemerintah yang dipimpin seorang raja yang telah ”dengan satu dan
lain cara menjadikan kita subjek kekuasaan hukum asing diluar konstitusi kita, dan
yang tidak diakui oleh hukum kita.....” Maka, berjuang demi kemerdekaan Amerika
adalah berjuang atas nama hak-dasar seseorang.
Pada tahun itu juga mereka mengumumkan: “Declaration of Independence”.
“Declaration of Independence”
Amerika
menyatakan dirinya merdeka. Proklamasi ini disusun oleh Thomas Jefferson dalam
Kongres di Philadelphia dari 13 negara bagian yang ada (pada saat itu) dan
terkenal karena didalamnya terkandung pernyataan Hak-hak Manusia (Human Right).
Bagian
yang mengandung kalimat atau pernyataan persamaan hak-hak manusia ialah:
“We hold these truths to be selfevident, that
all man are created equal, that they are endowed by their creator with certain
unalienable right, that among these are life, liberty, and the pursuit of
happiness”........
Catatan:
“Human
Right yang terdapat dalam Proklamasi kemerdekaan Amerika ini yang nantinya akan
dimasukkan dalam UUD 1789”.
Articles
of Confederation (1777)
Para
kolonis Amerika setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 4 Juli 1776,
rakyatnya memerlukan suatu hukum/konstitusi yang tetap untuk dijadikan pedoman
hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kongres konstinental II
sejak 10 Mei 11774 telah mengeluarkan resolusi yang menyarankan kepada
koloni-koloni untuk membentuk pemerintahan baru yang akan mendatangkan
kebahagian dan keamanan bagi warga negaranya(Krisnadi, 2012; 126).
Para
founding fathers seperti Benjamin Franklin, Thomas Jefferson, George
Washington, John Adams berusaha menyusun konstitusi Amerika Serikat yang
mencakup perlindungan hak-hak asasi manusia (HAM), kebebasan berbicara,
berkumpul, kebebasan pers. Konstitusi tersebut mendukung struktur pemerintahan
yang bercabang tiga, yaitu bidang eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang
kekuasaannya saling membatasi dan mengimbangi satu sama lainnya(Krisnadi, 2012;
126)
Kongres
dari negara-negara bagian menyetujui dan menerima rencana konfederasi dan
terbentuklah The United States of America ( U.S.A). Negara yang mengakui
pertama secara de facto adalah
Prancis (1778) yang kemudian membantu USA melawan Inggris dengan mengirimkan
jenderal Lefayette ke Amerika.
Tindakan Prancis ini disebabkan oleh:
1. Prancis
ingin membalas dendam kepada Inggris, karena dulu kalah perang terhadap Inggris
dalam Perang Tujuh Tahun.
2. Hasil
diplomasi Benjamin Franklin di Eropa.
Kemudian pada tahun
1776, Spanyol membantu USA (Ingin
mendapatkan lagi Gibraltar dan Florida) dan mengumumkan perang terhadap
Inggris. Dengan bantuan-bantuan demikian kedudukan Inggris menjadi kuat.
·
Pasal-Pasal
Konfederasi
Jhon
Dickson menghasilkan Articles of Confederetation and Perpetual Union
(Pasal-Pasal Konfederation dan Perserikatan Abadi) di tahun 1776. Kongres
Kontinental memakai tulisan ini pada bulan November 1777, dan memberlakukan
pada tahun 1781 yang disetujui 13 negara bagian, setelah di ratifikasi oleh
semua negara bagian. Rencana kerja pemerintah yang dibentuk dengan memakai
pasal-pasal ini.
Pasal-pasal
ini mempunyai banyak kelemahan. Pemerintah nasional kurang mempunyai wewenang
untuk menetapkan besarnya tarif jika diperlukan, padahal ini diperlukan, untuk
mengatur perdagangan dan pemungutan pajak. Pemerintah nasional kurang mempunyai
wewenang untuk menetapkan besarnya tarif jika diperlukan, padahal ini
diperlukan untuk mengatur perdagangan dan memungut pajak. Pemerintah pusat juga
kurang mempunyai kendali atas hubungan internasional sejumlah Negara bagian
mulai negoisasi mereka sendiri dengan Negara-negara asing.
Kesulitan
ekonomi setelah perang membuat orang ingin perubahan sering terjadi.
Berakhirnya perang mempunyai akibta yang hebat pada para pedagang yang memasok
tentara dari kedua belah pihak dan yang telah kehilangan keuntungan yang bersumber
dari keikutsertaan dalam sistem perdagangan Inggris. Negara-negara bagian
tersebut lebih mengutamakan kepentingan barang-barang buatan Amerika dalam
kebijaksanaan tarif mereka, namun kebijakan itu tidak konsisten, sehingga
menimbulakan tuntunan agar pemerintah pusat turun tangan untuk membuat
kebijakan yang seragam.
Para
petanilah yang mungkin paling menderita karena kesulitan ekonomi setelah
Revolusi ini. Pengadilan ditumpuki gugatan hutang. Sepanjang musim panas pada
tahun 1786, konverensi rakyat dan pertemuan-pertemuan informal di beberapa
Negara bagian menuntut reformasi pemerintah Negara bagian. Di musim gugur tahun
1786, kelompok petani di Massachusetts dipimpin seorang mantan kapten angkatan
darat, yang bernama Daniel Shays, mulai mencegah secara paksa pengadilan daerah
yang ingin menghukum para peminjam sehingga mengakibatkan tertundanya pemilu
Negara bagian berikutnya. Pada bulan Januari 1737, 1.200 petani gembel bergerak
menuju gudang penyimpanan senjata di Springfield. Para pemerontak yang
bersenjatakan tongkat dan garpu rumput di tahan oleh pasukan kecil milisi
Negara bagian. Jendaral Benjamin Lincoln kemudian datang dengan membawa pasukan
bantuan dari Boston dan mengusir para pemerontak Shaysite yang tersisa,
sementara sang pemimpin melarikan diri ke Vermont.
Setelah
kekalahan pemberontakan tersebut, badan legislative yang baru terpilih,
sebagian besar tersimpati terhadap para pemberontakan sehingga memenuhi
tuntunan mereka untuk keringanan pembayaran hutang.
Kekalahan
Dan Kemenangan
Kendati
Amerika mengalami banyak pukulan berat selama berbulan– bulan setelah
kemerdekaan di deklarasikan, kekerasan hati dan ketabahan mereka akhirnya
membuahkan hasil. Selama bulan Agustus 1776, dalam petempuran Long Island di
New York, posisi Washington tak bisa dipertahankan, dan dia terpaksa memberikan
perintah mundur secara besar – besaran dalam perahu– perahu kecil dari Brooklyn
ke pantai Manhattan. Jenderal Inggris, William Howe, sampai dua kali merasa
ragu–ragu hingga membiarkan orang–orang Amerika melarikan diri. Namun, pada
bulan November, Howe berhasil menduduki benteng Washington di pulau Manhattan.
Kota New York tetap berada di bawah kekuasaan Inggris hingga akhir peperangan.
Pada
bulan Desember, pasukan Washington nyaris runtuh saat persediaan dan bantuan
yang di janjikan gagal terpenuhi. Tapi Howe sekali lagi melewatkan peluang untuk
mengganyang Amerika dengan memutuskan menuggu hingga musim semi tiba guna
melanjutkan peperangan. Sementara itu, Washington menyeberangi sungai Delaware,
di utara Trenton, New Jersey. Pada dini hari tanggal 26 Desember, pasukan
Washington melakukakan serangan tiba – tiba ke Garnisun di Trenton dan menawan
lebih dari 900 orang. Semnggu kemudian, pada tanggal 3 Januari 1377, Washington
menyerang Inggris di Princeton dan merebut kembali sebagian besar wilayah yang
secara resmi diduduki oleh Inggris. Kemenangan – kemenangan di Trenton dan
Princeton mengobarkan kembali semangat juang Amerika.
Tahun
1777, Howe mengalahkan pasukan Amerika di Brandywine, Pennsylvania, dan
menduduki Philadelphia, sehingga memaksa kabur kongres kontinental. Washington
harus menjalani musim dingin yang sangat menyiksa pada tahun 1777 sampai 1778
di Valleyforge, Pennsylvania. Pasukannya kekurangan makanan, pakaian, dan
persediaan yang lainnya. Pasukan Amerika menderita kekurangan, ini bukan karena
kekurangan pasokan, melainkan para petani dan kaum pedagang lebih suka
menukarkan barang – barang dagang mereka dengan emas dan perak Inggris
ketimbang uang kertas yang di keluarkan oleh kongres kontinental dan negara –
negara bagian.
Valleyforge
menjadi titik paling rendah dalam perjuangan pasukan Kontinental Washington,
tapi pada tahun 1777 tejadi titik balik dalam perang tersebut. Pada tahun 1776,
jendral Inggris, John Burgoyne, merancang suatu rencana untuk menyerang New
York dan New England lewat danau Champlaim dan sungai Hudson. Malangnya, ia
membawa peralatan perang yang terlalu berat untuk dapat melintasi medan
berhutan dan berawa. Di Oriskany, New York, sekelompok Loyalis dan orang –
orang Indian di bawah komando Burgoyne berpasangan dengan pasukan Amerika
kawakan yang bergerak. Di Bennington, Vermont, banyak dari pasukan Burgoyne,
yang sangat membutuhkan pasokan, bertemu pasukan Amerika. Pertempuran yang
terjadi cukup lama menghambat pasukan Burgoyne hingga memberi kesempatan bagi
Washington untuk mengirim bala bantuan dari arah hilir sungai Hudson, dekat
Albani New York.
Pada
saat Burgoyne kembali bergerak maju,
pasukan Amerika sudah menuggunya. Di pimpin
oleh Bendict Arlond yang telah mengkhianati Amerika di Westpoint, New
York pasukan Amerika berhasil dua kali memukul mundur Inggris. Burgoyne surut
ke Saratoga New York. Di mana pasukan Amerika di bawah pimpinan Jenderal
Horatio Gates langsung mengepung pasukan Inggris.
Pada
tanggal 17 Oktober 1777 Burgoyne akhirnya menyerah bersama seluruh pasukannya.
Inggris kehilangan 6 Jenderalnya, 300 perwira lain dan 5500 prajurit
Perdamaian
Paris (1783)
Inggris
kemudian kalah perang. Kemudian jenderal Inggris Cornwallis menyerah dengan
7000 tentaranya di Yorktown kepada Washington dan Lefayette, kemduan perang
berakhir dan perjanjian perdamaian dilaksanakan di Paris
Pembentukan
aliansi internasional sebenarnya tidak menjamin sepenuhnya kemenangan Amerika
terhadap Inggris. Akan tetapi, bantuan Internasional tersebut memiliki peran
yang cukup besar bagi tumbuhnya semangat juang pasukan kontinental Amerika. Hal
ini terbukti sejak tahun 1780, pasukan Amerika berhasil mengalahkan pasukan
Inggris di berbagai pertempuran. Walaupun daerah Carolina, Charleston, dan
Virginia sempat dikuasai oleh Inggris, akan tetapi pada pertempuran berikutnya
pasukan Inggris berhasil dikalahkan oleh pasukan gabungan Amerika dan Perancis.
Gabungan pasukan George Washington dan Rochambeau yang berjumlah 15.000 orang
berhasil mengalahkan pasukan Inggris di bawah pimpinan Lord Cornwalis di daerah
Yorktown, pantai Virginia. Akhirnya pada tanggal 19 Oktober 1781, pasukan
Cornwalis menyerah dan parlemen Inggris segera memutuskan untuk menghentikan
perang.
Pada
tahun 1782, perjanjian perdamaian dimulai antara Amerika Serikat dengan Inggris
dan baru pada tanggal 3 September 1783 secara resmi ditandatangani perjanjian
perdamaian tersebut. Hasil Perjanjian Paris tahun 1783.
Berisi
tentang pengakuan Inggris terhadap kemerdekaan dan kedaulatan 13 koloni menjadi
negara merdeka yaitu Amerika Serikat. Selain itu, Inggris juga menyerahkan
daerah bagian barat Mississippi kepada negara baru tersebut. Sesudah peperangan
berakhir, kongres Amerika kemudian mengusulkan agar 13 negara bagian
menyerahkan kembali hak milik kaum moderat/ royalis yang dulu pro terhadap
Inggris yang selama peperangan disita oleh kaum milisi. Pasca perang negara
baru ini mulai berkonsentrasi untuk menyusun pemerintahan nasional yang dapat
menaungi seluruh aspirasi rakyat Amerika.
Isi
Perjanjian:
Inggris
mengakui kemerdekaan USA
Daftar Pustaka
- · Krisnadi, IG. 2012. Sejarah Amerika Serikat. Yogyakarta: OMBAK
- · Soebantardjo. 1956. Sari Sejarah “Asia-Australia dan Eropah-Amerika”. Yogyakarta: Penerbit Bopkri.
- · ___. 2004. Garis Besar Sejarah Amerika. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

