- Diposting oleh : Gerby Novario
- pada tanggal : Januari 25, 2018
Boedi Oetomo
Bangkit dan Bergerak Bagian II
Oleh : Kms. Gerby Novario
1. Cabang
Yogya Berdiri
Sebagai
api yang semula membara, maka semangat kebangunan dan kebangitan menyala
dimana-mana. Percikan api yang dicetuskan dalam lingkungan kecil di gedung
Stovia menjulang tinggi. Semua itu perlu dikoordinir, dan dipilihlah Yogya
sebagai lokasi cabang pertama Budi Utomo dengan ketuanya dari pihak tua yakni
dr. Wahidin Sudirohusodo. Dan juga perencanaan dalam pengadaan kongres pertama
Budi Utomo.
Organisasi
yang baru terbentuk ini, walaupun perhatian utamanya dipusatkan pada kaum
bumiputera sebagai anggota, tetapi
sebenarnya tidak ada maksud mengasingkan golongan lain dan tidak membedakan
bangsa, jenis kelamin, dan agama. Semua pihak yang bersimpati terhadap kemajuan
Nusa dan Bangsa Indonesia diundang untuk menghadiri kongres pertamanya yang
diadakan di Yogyakarta pada tanggal 3, 4, dan 5 Oktober 1908.
Motor
kongres Budi Utomo yang pertama ini adalah pemuda Sutomo, dengan cabang Jakarta
sebagai basisnya. Biaya kongres yang pertama ini dikumpulkan dari sumbangan
sukarela para pelajar itu sendiri, ada yang memberikan arloji, kain panjang,
ikat kepala, pakaian lama, dan barang-barang lain untuk dirupakan uang untuk
biaya kongres(Roeslan, 1976; 22)
Yang
menyatakan kesedian datang ke kongres di Yogya antara lain murid-murid dari
sekolah pertanian dan peternakan Bogor, Burger Avond-school (BAS) Surabaya,
Sekolah Pendidikan Pangreh Praja (Opleidings School), dari Magelang dan
Probolinggo, Sekolah Pendidikan Guru (Kweek-School) dari Bandung, Yogya,
Probolinggo, dan sejumlah besar pribadi-pribadi lainnya, dari golongan intelek
dan priyayi.
Terutama
kaum Priyayi tinggi dari daerah Yogya menyatakan kesanggupannya membantu
Kongres di Yogya itu. Kebanyakan mereka adalah pegawai Pakualaman dan pegawai
govermen, yakni pegawai pemerintahan Belanda(Roeslan, 1976; 22)
Sambutan
datang dari mana-mana dan sangat hebat. Peristiwa ini dipandang sebagai hari
yang bersejarah dan disambut dengan penuh kesungguhan serta kegembiraan.”Inilah kebangunan orang Jawa dan merupakan
kehidupan baru”, demikian komentar-komentar didalam surat kabar-surat kabar
Belanda.
Adapun
yang menjadi inti persoalan dalam kongres pertamanya itu yakni masih sekitar
pengaruh kedudukan peradaban Barat dalam perkembangan kebudayaan Indonesia,
seperti yang tercermin dalam sikap dan pendirian para pemuda terhadap soal itu.
Penyampaian dari tokoh-tokoh Budi Utomo dalam kongres pertamanya antara lain:
1. Dalam
pidato pembukaannya, M. Wahidin Sudirohusodo membentangkan tujuan perkumpulan,
yaitu terutama dengan perkemabangan jiwa yang hendak mempertinggi derajat
bangsa, sehingga lebih besar kesadarannya tentang hak dan kewajibannya
sedangkan pengetahuannya dapat mengelakkan beberapa pengaruh sifat yang hingga
saat itu menhalang-halangi jalan kearah kesadaran atas harga diri, tanpa
kehilangan watak nasional sebagai bangsa, tanpa terbawa oleh oleh imitasi
adat-istiadat barat meskipun menuntut ilmu pengetahuan Barat sebagai alat untuk
mencapai kemajuan.
2. Pembicara
II, R. Soetomo ketua cabang Jakarta, dikemukakan sebagai dalil, bahwa
pengetahuan memberikan alat-alat untuk menambahkan kesejahteraan material.
Kekurangan pengetahuan menjadikan rakyat sebagai umpan eksploitasi bangsa asing
saja. Pendeknya Jawa sangat membutuhkan pengajaran di pelbagai lapangan, kata
Soetomo.
3. Pembicara
III, M. Gunawan Mangunkusumo, wakil ketua cabang Jakarta. Dikatakan bahwa Boedi
Oetomo harus memperbaiki nasib rakyat kecil yag jelek, karena konservatisme dan
takhayul. Budi utomo bertugas di desa dimana rakyat kecil memerlukan pendidikan
.
4. Pembicara
IV, Mas Rajiman Mangunhusodo dari Solo, menekankan nasionalitas Jawa dengan
semboyan “Bangsa Jawa tetap Jawa”. Isi uraiannya mengandung banyak unsur
reaksioner, aristokratis, konservatif sehingga membangkitkan reaksi dan
bantahan(Soegeng, 1992; 49-50)
Reaksi
serta bantahan yang keras tak lain ialah tak lain dari Cipto yang sangat
demokratis itu. Suasana dalam bantahan ini benar-benar merupakan titik puncak
kongres itu.
Ditolak
pendapat, M. Rajiman yang mengatakan bahwa ada perbedaan antara bakat Bangsa
Barat dan Timur serta pengetahuan Barat tidak sesuai dengan bangsa Jawa dan
tidak memberikan hasil. Dikemukakan oleh Cipto Mangunkusumo bahwa pendidikan
benar-benar mempunyai peranan yang besar dan bangsa Jawa perlu sekali mengambil
keuntungan dari kemajuan Barat untuk memperbaiki tingkat penghidupannya.
Kecuali
itu, dengan bersemangat pula Cipto Mangunkusumo mempertahankan pendiriannya,
bahwa sebuah organisasi politik harus bergerak secara demokratis dan terbuka
bagi setiap anak Indonesia. Organisasi ini harus menjadi pimpinan bagi rakyat
banyak dan jangan mencari hubungan dengan cabang atasan, bupati-bupati dan
pegawai-pegawai lain, karena feodalisme sama sekali tidak cocok dengan
demokrasi. Karena tidak adanya persesuaian dengan Budi Utomo itu, maka
keluarlah Cipto Mangunkusumo dari organisasi Budi Utomo(Soegeng, 1992; 50-51)
Dibawah
kepengurusan “generasi tua”, kegiatan Budi Utomo yang awalnya terpusat dibidang
pendidikan, sosial, dan Kebudayaan sedikit demi sedikit mula bergerser ke politik . Strategi perjuangan Budi utomo
juga mulai bergeser dari awalnya Protonasionalisme menjadi lebih kearah
kooperatif dengan Pemerintahan Kolonial Belanda.
Dalam
perjuangannya dibidang politik, ketika pemerintahan Kolonial Belanda sedang
menghadapi Perang Dunia I, Kolonial Belanda menetapkan wajib militer bagi
rakyat pribumi, dan disinilah Budi Utomo bertindak bila pihak Kolonial Belanda
ingin menetapkan Wajib Militer maka ada salah satu syarat yang diberikan Budi
Utomo yaitu harus dibentuk terlebih dahulu sebuah lembaga perwakilan rakyat
(Volksraad) dan usulan tersebut diterima dan disetujui oleh Gubernur Jendral
Van Limburg Stirum sehingga terbetuk Volksraad pada tanggal 18 Mei !918, dan
didalam lembaga ini terdapat perwakilan organisasi Budi Utomo, yaitu Suratmo
Suryokusumo(Wikipedia.com)
Budi
Utomo juga menyadari arti penting manfaat organisasi pergerakan bagi rakyat,
maka pada tanggal 1920 organisasi Budi Utomo membuka diri untuk menerima
anggota dari rakyat biasa. Dan pergerakkan nasional bangsa mulai meluas. Dan
oleh sebab itu pada tanggal 20 Mei dijadikan sebagai hari kebangkitan
nasional(iwak-pithik.blogspot.com)
Daftar Pustaka
George McTurnan Kahin. 1995.Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia: _____RefleksiPergumulan
Lahirnya Republik. UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan.
M.C. Ricklefs. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada _____University
Press.
Poesponegoro
, Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional
Indonesia V – Zaman _____Kebangkitan Nasional
dan Masa Hindia Belanda . –cet-2 Edisi Pemuktahiran. Jakarta : Balai Pustaka.
