- Diposting oleh : Gerby Novario
- pada tanggal : Februari 13, 2018
INDISCHE
PARTIJ
Sebuah Perjuangan Murni Partai Politik
Oleh: Ella Karolina, Rendi Marta Agung, dan Fahmi Wiratama
Salah satu organisasi pendukung gagasan revolusioner
nasional adalah Indische Partij yang didirikan pada 25 Desember 1912.
Organisasi ini juga ingin menggantikan Indische Bond.
Perumus gagasan itu adalah E.F.E Douwes Dekker kemudian terkenal dengan nama
Danudirja Setyabudi, seorang Indo, yang melihat keganjilan-keganjilan dalam
masyarakat kolonial khusunya diskriminasi antara keturunan Belanda totok dan
kaum Indo. Lebih daripada hanya membatasi pandangan dan kepentingan golongan
kecil masyarakat Indo, Douwes Dekker meluaskan pandangannya terhadap masyarakat
Indonesia umumnya, yang masih tetap hidup di dalam situasi kolonial(Pusponegoro,
2008:350).
Nasib para Indo tidak ditentukan oleh pemerintah kolonial, tetapi terletak di dalam bentuk kerja sama dengan penduduk Indonesia
lainnya. Bahkan menurut Suwardi Suryaningrat ia tidak mengenal supremasi Indo
atas penduduk bumiputera, malah ia menghendaki hilangnya golongan Indo dengan
jalan peleburan ke dalam masyarakat bumiputra. Melalui karangan-karangan di
dalam Het Tijdschrift kemudian dilanjutkan ke dalam De Express, propagandanya
meliputi: pelaksanaan suatu program “Hindia” untuk setiap gerakan politik yang
sehat dengan tujuan menghapuskan perhubungan kolonial; menyadarkan golongan
Indo dan penduduk bumiputra, bahwa masa depan mereka terancam oleh bahaya yang
sama, yaitu bahaya eksploitasi colonial.
Alat untuk melancarkan aksi-aksi
perlawanan ialah dengan membentuk suatu partij: Indische Partij. Untuk
persiapan pendirian Indische Partij, Douwes Dekker mengadakan perjalanan
propaganda di Pulau Jawa yang dimulai pada tanggal 15 September dan berakhir
pada tanggal 3 Oktober 1912. Di dalam perjalanan inilah ia bertemu dengan
Dokter Tjipto Mangunkusumo, yang segera mengadakan pertukaran mengenai
soal-soal yang bertalian dengan pembinaan partai yang bercorak nasional. Lain
daripada itu, di Bandung ia mendapat dukungan dari Suwardi Suryaningrat dan
Abdul Muis yang pada waktu itu telah menjadi pemimpin-pemimpin Sarekat Islam
cabang Bandung. Di Yogyakarta ia mendapat sambutan dari pengurus Budi Utomo.
Redaktur-redaktur surat kabar Jawa Tengah di Semarang
dan Tjahaya Timoer di Malang juga menyokong berdirinya Indische Partij.
Begitupun di derah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, gagasannya mendapat
sokongan. Bukti nyata dari propaganda ini ialah didirikannya 30 cabang dengan
anggota sejumlah 7.300 orang, kebanyakan Indo-Belanda. Jumlah anggota Bangsa
Indonesia adalah 1.500 orang. Bahkan seorang sahabatnya pernah menamakan
aksi-aksi Douwes Dekker yang bergerak ke seluruh pulau Jawa “bagaikan sebuah
tornado yang meninggalkan emosi-emosi yang meluap di kota-kota, yang tidak
pernah terjadi sebelumnya”. Memang mereka dan beberapa orang lainnya tidak puas
dengan langkah-langkah yang telah diambil oleh Budi Utomo, sehingga golongan
progresif mencari kepuasan politik dengan menggabungkan diri dengan Sarekat
Islam. Pada tahun 1912 itu Sarekat Islam belum menunjukkan gerakan
revolusionernya. Oleh karena itu, gagasan perlunya satu partai pelopor
berdasarkan konsepsi nasional yang luas mendapat sambutan dari mereka(Pusponegoro,
2008:350).
Tiga
Serangkai
Dekker berusaha memerjuangkan pemikiran itu dengan
mendirikan Indische Partij (Partai Hindia). Dukungan utama bagi upaya ini
datang dari dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat yang lebih dikenal
dengan nama Ki Hajar Dewantara. Mereka kemudian dikenal dengan Tiga Serangkai(Nino,
2009:168).
Latar belakang ketiga tokoh ini mencerminkan inti
pemikiran Indische Partij. Organisasi ini menginginkan kebangsaan Hindia bagi
semua penduduk Hindia tanpa melihat perbedan keturunan, golongan, dan agama.
Cipto adalah wakil dari golongan abangan Jawa yang pernah menjadi anggota Budi
Utomo. Suwardi adalah seorang ningrat bekas anggota Sarekat Islam. Keduanya
bergabung ke Indische Partij karena mereka kecewa dengan Budi Utomo dan Sarekat
Islam yang saat itu belum menunjukkan sikap revolusioner. Oleh karena itu,
mereka menyambut baik gagasan Dekker tentang perlunya partai pelopor yang
bersifat nasional(Nino, 2009:168).
Pembentukan
Awal
Setelah permusyawaratan wakil-wakil Indische Partij
daerah di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912, tersusunlah anggaran dasar
Indische Partij. Program revolusioner yang bersifat nasional dapat kita ketahui
dalam pasal-pasal anggarannya, yang ada di dalam bahasa indonesianya: “Tujuan
Indische Partij ialah untuk membangunkan patriotism semua Indiers[1] terhadap tanah air, yang
telah memberi lapangan hidup kepada mereka, agar mereka mendapat dorongan untuk
bekerja sama atas dasar persamaan ketatanegaraan untuk memajukan tanah air
“Hindia” dan untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka”(Pusponegoro,
2008:351).
Indiche Partij berdiri di atas dasar nasionalisme yang
luas menuju kemerdekaan Indonesia. Indonesia sebagai “national home” semua
orang keturunan bumiputera, Belanda, Cina, Arab, dan sebagainya, yang mengakui
Hindia sebagai Tanah Air dan kebangsaannya. Paham ini pada waktu dahulu dikenal
sebagai Indisch Nationalisme, yang kemudian hari melalui Perhimpunan Indonesia
dan PNI menjadi Indonesich Nationalisme atau Nasionalisme Indonesia.
Pasal-pasal ini pulalah yang menyatakan Indische Partij sebagai partai politik
yang pertama di Indonesia. Bahwa Indische Partij adalah suatu partai yang
radikal juga, dinyatakan Douwes Dekker, didirikan partai ini merupakan
“penantang perang dari pihak budak koloni yang membayar lasting kepada kerajaan
penjajah, pemungut pajak”(Pusponegoro, 2008:351).
[1] . Indiers adalah sebutan
bagi kaum pribumi yang tinggal di Indonesia maupun dalam berbagai suku.
