- Diposting oleh : Gerby Novario
- pada tanggal : Februari 08, 2018
Perkembangan Sarekat Islam
Rigo, Ruli, dan Nuzon
Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan Serikat Islam cepat berkembang adalah: Kesadaran
sebagai bangsa yang mulai tumbuh; Sifatnya kerakyatan; Didasari agama Islam; Persaingan
dalam perdagangan; Digerakkan para ulama.
Tahun
1912 organisasi itu merubah namanya yang semula SDI menjadi SI.Asal usul
organisasi yang bersifat islam dan dagang segera menjadi kabur, dan istilah
islam pada namanya kini sedikit banyak lebih mencerminkan adanya kesadaran umum
bahwa anggota-anggotanya yang berkebangsaan Indonesia adalah kaum
muslimin, sedangkan orang-orang Cina dan Belanda bukanlah muslim. Penggantian
nama itu jugalah yang menyebabkan massanya semakin meluas (Ricklefs, 2005:
252).
Selama
kemunculan SI 1911-1916, organisasi ini telah banyak mendapat sambutan positif
dari rakyat, jika dilihat dari gerakannya, SI merupakan organisasi yang paling
berbeda pada tahun-tahun tersebut. SI merupakan gerakan total artinya tidak
terbatas pada satu orientasi tujuan, akan tetapi mencakup berbagai aspek
aktivitas yakni ekonomi, sosial, kultural.Tahun 1916 saja diperkirakan anggotanya
telah mencapai 800.000 orang dan terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun
berikutnya (Al Anshori, 2007: 97).
Pemerintah
Hindia Belanda merasa khawatir terhadap perkembangan SI yang begitu pesat
karena mengandung unsur-unsur revolusioner. SI dianggap membahayakan kedudukan
pemerintah Hindia Belanda, karena mampu memobilisasikan massa. Sehingga pihak
Hindia Belanda mengirimkan salah seorang penasihatnya kepada organisasi tersebut.
Gubernur Jenderal Idenburg meminta
nasihat dari para residen untuk menetapkan kebijakan politiknya. Hasil
sementaranya SI tidak boleh berupa organisasi besar dan hanya diperbolehkan
berdiri secara lokal (Poesponegoro, 2011:
344).
Jenderal Idenburg secara
hati-hati mendukung SI,dan pada tahun 1913 dia memberi pengakuan resmi kepada
SI. Meski dia hanya mengakui organisasi-organisasi tersebut sebagai suatu
kumpulan cabang-cabang yang otonom saja dari pada sebagai suatu organisasi
nasional yang dikendalikan oleh markas besarnya (CSI). Dengan tindakan itu
Idenburg menganggap bahwa ia membanti para pemimpin organisasi baru dengan
tidak membebani CSI dengan tanggung jawab atas semua cabang SI. Namun, atas
keputusannya itu CSI menjadi sulit melakukan pengawasan dan orang Belanda
menganggap bahwa keputusan Idenburg tersebut adalah keliru (Ricklefs, 2005: 253).
Disebutkan
dalam berbagai sumber, sebagai faktor penting dalam mempropagandakan SI ialah
pers-pers Indonesia dan kongres-kongres SI.Jumlah koran pada masa sebelum dan
selama munculnya SI cepat bertambah. Adapun kongres dan pertemuan lain yang
diadakan mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam propaganda pergerakan.
Pada perkembangan
selanjutnya tumbuhlah cabang-cabang SI di berbagai daerah, seperti SI Semarang,
SI Yogyakarta, SI Surakarta serta SI Surabaya dan tidak lupa dibentuk pula
semacam SI pusat atau CSI dengan struktur modern. Salah satu faktor
berkembangnya SI secara pesat dengan memiliki basis massa yang besar adalah
karena diperbolehkannya kartu keanggotaan rangkap. Akibatnya, mayoritas anggota
SI merupakan anggota dari organisasi lain, seperti ISDV, PKI, ataupun
serikat-serikat kerja/buruh. (Al Anshori, 2007: 97).
Partai
ini benar-benar mencapai puncak kejayaan pada tahun 1915, tapi setelah tahun
itu memasuki masa kemunduran, hilangnya pengaruh dan tumbuhnya pertentangan
internal. Pertentangan pertama terjadi apada tahun 1916 ketika pemimipin S.I di
Jawa Barat melakukan upaya pemisahan diri cabang Jawa barat dan Sumatera
Selatan dari bagian lain. Namun pada masa ini belum jelas visinya karena masih
bersifat mendua.dan masih mengunakan istilah “kongres” (D.Noer, 1980: 118).
Dengan
jumlah massa yang banyak, mendorong organisasi-organisasi lainnya untuk melirik
dan mendapat pengaruh dalam tubuh SI. Sebut saja seperti ISDV[1].Tahun
1914 seorang pemuda Jawa buruh kereta api bernama Semaun menjadi anggota SI
cabang Surabaya (Ricklefs, 2005: 262).
Di bawah pengaruh Semaun
cabang Semarang mengambil garis anti kapitalis yang kuat.Cabang ini menentang
peran serta SI dalam kampanye Indie weerbar, menentang gagasan untuk dalam
Volksraad dan dengan sengit menyerang kepemimpinan CSI (Ricklefs, 2005: 262).
Periode
1916-1921, telah ada kemajuan sudah ada rumusan yang jelas
ditunjukkan pada program kerjanya. Selanjutnya
adanya usulan pembentukan dewan rakyat (Volksraad) dengan ketua
Cokroaminoto(1918), forum ini sebagai aksi pendapat bagi parlemen Belanda dan
menjadi rem terhadap aliran konservatif juga dapat digunakan sebagai
media menyalurkan ide-ide politik S.I dan juga untuk menghindari sikap
anarkhis, tapi lama-lama lembaga ini digunakan sebagai alat pemerintah. Periode
1921-1927 melakukan struktur baru melalui kongres
nasional ketujuh di Madinah tanggal 17-20 Februari 1923. Karena struktur lama
dianggap berbahaya dalam kepemimpinan organisasi dan tranformasi baru tahun
1927. Dengan pemerintah mengambil jarak .dalam susunan struktur menghilangkan wakil dalam dewan rakyat. Pada tahun 1926 terjadi
pertikain dengan Muhammadiyah yang berdampak banyak orang-orang Muhammadiyah
dikeluarkan dari S.I. Periode
1927-1942. Pada masa ini banyak
berdiri partai baru misalnya PNI di bawah pimpinan Soekarno. Pada periode ini
ada dua kubu yang berseteru nasionalisme Islam dan nasionalisme agama dalam
pergerakan perjuangan kemerdekaan, pada masa ini S.I pecah menjadi PSII, Komite
Kebenaran, dan Partai Penyadar. Tahun 1930-an S.I dirubah menjadi partai syari’at
Islam Indonesia, yang senantiasa bermusuhan dengan pemerintah. Pada tahun 1934
Cokroaminoto meninggal dunia, tiga tahun berikutnya H. Agus Salaim dipecat lalu
muncul partai-partai baru, seperti: PII, GAPI, MIAI, MRI (D.Noer, 1980: 129-131).
[1] Organisasi berpaham sosialis yang didirikan
oleh Sneevlit tersebut, yaitu ISDV (Indische Social Democratische Vereeniging)
yang didirikan orang Belanda di Indonesia ini tidak mendapat simpati rakyat,
oleh karena itu diadakan “Gerakan Penyusupan” ke dalam tubuh Serikat Islam yang
akhirnya berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh Serikat Islam muda seperti Semaun,
Darsono, Tan Malaka, dan Alimin.
