- Diposting oleh : Gerby Novario
- pada tanggal : September 17, 2019
Sebuah Historiografi Sosialisme dan Radikalisme
Kebablasan
Oleh:
Dwiki Septiandini
Fieka Nadya
Ari Supriyatno
Cikal Bakal Kelahiran PKI
Sosialisme dipandang sebagai lambang kemodernan yang
akan membawa keadilan sosial, kemakmuran, dan kemerdekaan bangsa terjajah.
Tanggung jawab memperkenalkan pikiran dilimpahkan pada sekelompok kecil marxis
Belanda yang pada waktu itu organisasi itu adalah Sneevliet, Brandsteder, dan
Dekker, sedangkan dari pihak Indonesia yang terkenal adalah Semaun. ISDV
berusaha mencari kontak dengan IP dan SI untuk mendekati rakyat tetapi tidak
berhasil.
Kampanye Partai Komunis Indonesia 1950-an
Sumber: Google.com/image
Awal masuknya ideologi komunisme ke Indonesia tidak
pernah terlepas dari peranan seorang warga negara Belanda yang bernama
Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet.[1] Pada
awal masuknya ke Indonesia Sneevliet bekerja disalah satu harian di Surabaya
yang bernama Soerabajasche Handelsbad sebagai staff redaksi di
harian tersebut. Namun tidak lama berada di Surabaya, Sneevliet memutuskan
untuk pindah ke Semarang dan bekerja sebagai sekertaris di salah satu maskapai
dagang di kota tersebut. Pada saat itu kota Semarang merupakan pusat organisasi
buruh kereta api Vereenigde van Spoor en Tramweg Personnel (VSTP).[2]
Sneevliet sadar betul bahwa keterkaitannya dengan VSTP
merupakan sebuah peluang besar untuk menumbuh kembangkan ideologi komunisme di
Indonesia. Pada bulan Juli 1914 bersama personil-personil yang tergabung dalam
VSTP seperti P. Bersgma, J.A. Brandstedder, W.H. Dekker (pada saat itu menjabat
sebagai sekertaris VSTP) mempelopori berdirinya organisasi politik yang
bersifat radikal, Indische Sosial Democratische Vereeniging (ISDV)
atau Serikat Sosial Demokrat India. ISDV kemudian menerbitkan surat kabar Het
Vrije Woord (suara kebebasan) sebagai media propaganda untuk menyebarkan ajaran
ajaran komunisme yang menjadi ideologi dari organisasi tersebut. Oleh karena
anggota ISDV terbatas dikalangan orang orang Belanda, maka organisasi ini belum
dapat menjamah dan mempengaruhi organisasi pergerakan nasional seperti Boedi
Oetomo dan Sarekat Islam (SI) (Poesponegoro, 2008:357).
Gebrakan yang dilakukan Sneevliet pun diperkuat dengan
di terbitkannya koran Soldaten en Mattrozekrant (koran serdadu
dan kelasi) dalam lingkungan militer. Isi koran ini selalu diwarnai dengan
ide-ide komunisme yang mengedepankan ide-ide perjuangan kelas.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Sneevliet ternyata tercium oleh pemerintah
Hindia Belanda. Kemudian pada bulan Desember 1918 Pemerintah Hindia Belanda
mengambil tindakan untuk mengusir Sneevliet dari Hindia Belanda karena kegiatan
yang dilakukannya dianggap mulai mengancam. [3]
Pada bulan Desember 1919 rekan Sneevliet, Brandstedder
juga mengalami hal yang sama diusir oleh pemerintah Hindia Belanda. Sekalipun
Sneevliet dan Brandstedder telah meninggalkan Hindia Belanda (Indonesia) namun
usaha yang mereka lakukan selama ini telah menemukan hasillnya. ISDV akhirnya
berhasil menyebarkan ajaran-ajaran komunisme di Semarang dan mempengaruhi
pimpinan SI Semarang yang pada saat itu dipimpin oleh Semaun dan Darsono. Ada
beberapa hal yang menyebabkan berhasilnya ISDV melakukan infiltrasi kedalam
tubuh Serikat Islam :
- Central Serikat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat masih sangat lemah kekuasaanya. Tiap-tiap cabang SI bertindak sendiri-sendiri secara bebas. Para pemimpin lokal yang kuat mempunyai pengaruh yang menentukan di dalam SI cabang.
- Kondisi kepartaian pada masa itu memungkinkan orang untuk sekaligus menjadi anggota lebih dari satu partai. Hhal ini disebabkan pada mulanya organisasi-organisasi itu didirikan bukan sebagai suatu partai politik melainkan sebagai suatiu organisasi guna mendukung berbagai kepentingan sosial budaya dan ekonomi. Dikalanngan kaum terpelajar menjadi kebiasaan bagi setiap orang untuk memasuki berbagai macam organisasi yang di anggapnya dapat membantu kepentingannya. [4]
Setelah mendapatkan dukungan penuh dari SI Semarang,
ISDV menjadi semakin kuat dan ajaran komunisme semakin dikenal oleh masyarakat.
Pada tanggal 23 Mei 1920, tepatnya di gedung SI Semarang, ISDV sepakat
mengganti namanya menjadi Perserikatan Komunis di Indie (PKI). Perubahan nama
ini diperuntukan supaya organisasi ini lebih tegas dalam mengedepankan nama
komunisme sebagai ideologi dari organisasi mereka selama ini. Semaun dipilih
sebagai ketua dan Darsono sebagai wakilnya. Beberapa tokoh ISDV yang orang
belanda diangkat sebagai pendamping antara lain Bergsma sebagai sekertaris,
Dekker sebagai bendahara dan A. Barrs sebagai salah satu anggotanya.[5] Sekalipun
Semaun dan Darsono telah menjadi pimpinan PKI, namun mereka tetap menjadi
pimpinan SI Semarang. Hal ini disebabkan karena pada saat itu CSI (Central
Sarekat Islam) masih memperbolehkan anggotanya untuk menjadi anggota dari
organisasi lain.
Bersambung...
[1] Sneevliet adalah mantan
ketua Serikat Buruh Nasional dan mantan pimpinan Partai Revolusioner Sosialis
di salah satu provinsi di negeri belanda.
[2] M.C. Ricklefs. Sejarah
Indonesia Modern. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. 2005. hlm. 260
[5] Pusat Sejarah dan Tradisi
ABRI, Bahaya Laten Komunisme di Indonesia, Jilid I, Jakarta, 1991,
Hal.6
