- Diposting oleh : Gerby Novario
- pada tanggal : Oktober 22, 2025
Latar Belakang Pencarian Rempah-Rempah oleh Eropa
Pada abad ke-15, rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan lada menjadi komoditas paling berharga di Eropa. Namun, rute perdagangan rempah dikuasai oleh pedagang Arab dan Kesultanan Ottoman, yang membuat harganya melambung tinggi. Bangsa Eropa, khususnya Portugis dan Spanyol, berambisi menemukan jalur laut langsung ke sumber rempah-rempah di Asia untuk memutus monopoli ini. Selain motif ekonomi, semangat perluasan wilayah Kristen (Reconquista) dan misi Gold, Glory, Gospel (kekayaan, kejayaan, dan penyebaran agama) turut mendorong ekspedisi pelayaran.
Perjanjian Tordesillas (1494)
Setelah Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada
1492 dalam pelayarannya atas nama Spanyol, persaingan antara Spanyol dan
Portugis memanas. Kedua kerajaan Katolik ini bersengketa atas hak penjelajahan
dan klaim wilayah baru. Untuk mencegah konflik, Paus Alexander VI turun tangan
dan mengeluarkan dekrit yang membagi dunia non-Kristen menjadi dua zona
pengaruh melalui Garisan Demarkasi. Perundingan lebih lanjut
menghasilkan Perjanjian Tordesillas (1494), yang menetapkan:
- Spanyol berhak
atas wilayah di barat garis meridian 370 legua (1.770 km) sebelah
barat Kepulauan Tanjung Verde.
- Portugis menguasai
wilayah di timur garis tersebut, termasuk Afrika dan rute ke
Asia.
Dampak Perjanjian Tordesillas pada Pelayaran Portugis
Perjanjian ini menguntungkan Portugis karena memastikan hak
eksklusif mereka atas rute timur ke Asia melalui Afrika.
Beberapa ekspedisi penting yang dipengaruhi oleh perjanjian ini meliputi:
- Bartholomeus
Diaz (1488) – Telah mencapai Tanjung Harapan sebelum perjanjian,
tetapi penemuannya semakin vital bagi klaim Portugis.
- Vasco
da Gama (1497–1499) – Dengan hak eksklusif atas rute timur,
Portugis mengukuhkan dominasi di Samudra Hindia dan India.
- Afonso
de Albuquerque (1511) – Merebut Malaka, memperkuat kontrol
Portugis atas perdagangan rempah Asia Tenggara.
Pengaruh pada Pelayaran Spanyol ke Barat
Sementara Portugis menguasai rute timur, Spanyol dipaksa
mencari jalan barat menuju Asia, yang justru membawa mereka
ke Amerika. Ekspedisi besar yang terpengaruh oleh perjanjian ini
termasuk:
- Christopher
Columbus (1492) – Pelayaran awalnya memicu perlunya Perjanjian
Tordesillas.
- Ferdinand
Magellan (1519–1521) – Mencoba mencapai Asia via Amerika Selatan,
akhirnya tiba di Filipina, yang justru berada di zona Portugis menurut
perjanjian.
- Perjanjian
Zaragoza (1529) – Karena Magellan mencapai Maluku (zona
Portugis), Spanyol akhirnya menjual klaimnya atas wilayah tersebut ke
Portugis.
Pelanggaran dan Perebutan Wilayah oleh Negara Eropa
Lain
Inggris, Belanda, dan Prancis tidak mengakui Perjanjian
Tordesillas karena merasa dikucilkan. Hal ini memicu:
- Pelayaran
Belanda ke Nusantara (Cornelis de Houtman, 1596) – Menembus
monopoli Portugis-Spanyol.
- Ekspansi
Inggris ke India dan Asia Tenggara – Menyaingi Portugis di
wilayah yang semestinya menjadi hak mereka.
Warisan Perjanjian Tordesillas dalam Sejarah Dunia
Perjanjian ini menjadi dasar pembagian kolonial dunia:
- Portugis menguasai
Brasil (timur garis), Afrika, India, dan sebagian Asia Tenggara.
- Spanyol mendominasi
Amerika Latin dan Filipina (meski sempat bersengketa).
- Bangsa Eropa lain mengabaikan perjanjian, memicu era imperialisme global.
Perjanjian Tordesillas adalah titik balik dalam sejarah
pelayaran Eropa, mengarahkan Portugis ke timur (Asia-Afrika) dan Spanyol
ke barat (Amerika). Namun, ketidakikutsertaan negara Eropa lain justru
mempercepat persaingan kolonial, termasuk di Nusantara, di mana Belanda dan
Inggris akhirnya menggeser dominasi Portugis-Spanyol.
Pelayaran Bartholomeus Diaz: Membuka Jalur ke Timur
(1487–1488)
Sebelum Vasco da Gama mencapai India, Bartholomeus Diaz
memainkan peran kunci dalam eksplorasi Portugis. Pada 1487, Diaz memimpin
ekspedisi menyusuri pantai barat Afrika dengan tujuan menemukan ujung benua
tersebut. Pada 1488, ia berhasil mencapai Tanjung Harapan (awalnya
disebut Cabo das Tormentas atau "Tanjung Badai"),
membuktikan bahwa Afrika bisa dilayari hingga ke Samudra Hindia. Meskipun
awaknya memaksa Diaz kembali ke Portugal karena kondisi yang ganas, penemuannya
membuka jalan bagi pelayaran Vasco da Gama ke India.
Vasco da Gama dan Pembukaan Jalur Laut ke India
(1497–1499)
Mengikuti jejak Diaz, Vasco da Gama memimpin armada Portugis
pada 1497 dengan rute yang lebih matang. Ia mengitari Tanjung Harapan,
melintasi Samudra Hindia, dan akhirnya tiba di Calicut (Kozhikode),
India, pada 1498. Keberhasilan ini menjadikan Portugis sebagai bangsa Eropa
pertama yang membuka jalur laut langsung ke pusat perdagangan rempah Asia,
memotong jalur darat yang dikuasai Ottoman.
Ekspansi Portugis ke Malaka dan Maluku (1511–1512)
Setelah menguasai India, Portugis melanjutkan ekspansi ke
Asia Tenggara. Di bawah pimpinan Afonso de Albuquerque, mereka
merebut Malaka pada 1511, pusat perdagangan rempah terbesar di
wilayah itu. Dari Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin António de
Abreu dan Francisco Serrão mencapai Kepulauan Maluku (Ternate
dan Tidore) pada 1512, sumber utama cengkeh dan pala. Kedatangan Portugis
di Maluku menandai awal dominasi Eropa di Nusantara.
Pelayaran Spanyol: Ekspedisi Magellan-Elcano
(1519–1522)
Sementara Portugis menguasai rute timur, Spanyol mencari
jalur barat menuju rempah-rempah. Ferdinand Magellan, seorang
pelaut Portugis yang bekerja untuk Spanyol, memimpin ekspedisi pada 1519. Ia
berlayar melewati Selat Magellan di ujung Amerika Selatan,
lalu melintasi Samudra Pasifik. Pada 1521, ia tiba di Filipina,
tetapi tewas dalam pertempuran di Mactan. Sisa armadanya, dipimpin Juan
Sebastián Elcano, melanjutkan ke Maluku sebelum kembali ke Spanyol pada
1522, menyelesaikan pelayaran keliling dunia pertama.
Persaingan Portugis-Spanyol dan Perjanjian Zaragoza
(1529)
Kedatangan Spanyol di Maluku memicu konflik dengan Portugis,
yang telah mengklaim wilayah itu. Untuk mencegah perang, kedua kerajaan
menandatangani Perjanjian Zaragoza (1529), di mana Spanyol melepas
klaim atas Maluku dengan imbalan 350.000 dukat emas. Perjanjian ini memperjelas
pembagian wilayah kolonial antara kedua bangsa, dengan Portugis menguasai
Maluku dan Spanyol fokus di Filipina.
Dampak Kedatangan Portugis dan Spanyol di Nusantara
Kedatangan bangsa Eropa mengubah Nusantara secara permanen. Portugis memperkenalkan benteng-benteng pertahanan (seperti Benteng Ternate) dan sistem monopoli perdagangan, sementara Spanyol memulai kolonisasi di Filipina. Dominasi asing memicu perlawanan kerajaan lokal, seperti perlawanan Sultan Baabullah di Ternate melawan Portugis. Selain itu, kedatangan mereka membawa pengaruh budaya, agama, dan politik yang menjadi dasar kolonialisme Eropa di Asia Tenggara. Pelayaran awal Portugis dan Spanyol ini menjadi tonggak sejarah yang mengawali era imperialisme di Nusantara.
